Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:
Tujuan Asesmen Diagnostik |
|
---|---|
Non-kognitif |
Kognitif |
|
|
Asesmen
Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat
dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah
topik pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan
membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/
bulan/ triwulan/ semester).
Asesmen Diagnosis Kognitif bertujuan
untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran.
Asesmen diagnosis dapat mengandung satu atau lebih dari satu topik. Contoh:
asesmen diagnosis untuk matematika kelas V bisa mengandung topik penjumlahan
dan pengurangan saja, atau semua topik dalam mata pelajaran matematika
(termasuk penjumlahan dan pengurangan, jaring-jaring bangun ruang sederhana,
pecahan, dll).
Seperti yang Kita ketahui, kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Asesmen Diagnosis Berkala, yang terdiri dari tiga tahap: (1) Persiapan; (2) Pelaksanaan; (3) Diagnosis dan Tindak Lanjut.
Seperti yang Kita ketahui, kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Asesmen Diagnosis Berkala, yang terdiri dari tiga tahap: (1) Persiapan; (2) Pelaksanaan; (3) Diagnosis dan Tindak Lanjut.
Asesmen Diagnostik Non-Kognitif, Meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif dilakukan dengan:
Menyertakan acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya
Memberikan waktu berpikir pada siswa sebelum menjawab pertanyaan
Berikan penguatan
Mengembalikan fokus jika jawaban mulai menyimpang
Langsung menjawab pertanyaan siswa
Mencoba mengarahkan kembali pertanyaan
Memparafrasekan pertanyaan agar lebih mudah dipahami
Menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan
Ulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran
Untuk memahami lebih lanjut dan bagaimana contoh asesmen diagnostik di awal pembelajaran untuk beberapa mata pelajaran silahkan dibaca pada modul-modul di bawah ini:
1. File Presentasi Asesmen Diagnostik
2. Buku saku Asesmen Diagnostik Kognitif Berkala
3. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Bahasa Indonesia_III SD
4. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Bahasa Indonesia_IV SD
5. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Bahasa Indonesia_VII SMP
6. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Bahasa Indonesia_X SMA
7. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Matematika_III SD
8. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Matematika_IV-SD
9. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Matematika_VIII SMP
8. Modul Asesmen Diagnostik Di Awal Pembelajaran Matematika_X SMA
artikel yang sangat bermanfaat
ReplyDelete/https://s1pbjep.fbs.unesa.ac.id/
Post a Comment