Materi Program Tindak Lanjut Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) Literasi Numerasi

Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah kemampuan menganalisis dan memahami bacaan dengan menggunakan penalaran melalui pengaplikasian konsep perhitungan dan pengukuran yang melibatkan angka atau simbol matematika dasar secara kontekstual, baik bersifat abstrak maupun nyata, yang ditampilkan dalam berbagai representasi (grafik/tabel/bagan, atau representasi lainnya) kemudian menggunakan hal tersebut untuk menginterpretasi, memprediksi dan/atau mengambil keputusan.
Dengan kemahiran literasi numerasi, peserta didik mampu berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
 

Wahana Pembelajaran
Dalam kurikulum madrasah, wahana untuk pembelajaran literasi numerasi adalah matematika.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika di kelas harus dirancang sedemikian rupa sekiranya dapat menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai konteks yang relevan. Untuk mewujudkan harapan tersebut, pendidik matematika harus memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana. 
 
Rekomendasi
Pembelajaran Literasi Numerasi
Secara umum, pemilihan model pembelajaran matematika di kelas harus memperhatikan karakteristik matematika itu sendiri dan juga karakteristik peserta didiknya. Sifat abstrak objek matematika seringkali menjadi salah satu penyebab sulitnya seorang pendidik mengajarkan matematika di madrasah. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu sehingga memudahkan peserta didik menangkapnya.
 
Di Madrasah Ibtidaiyah (MI), pendidik matematika perlu menghadirkan konteks-konteks nyata agar fakta-fakta, konsep-konsep, operasi-operasi, hubungan-hubungan, dan prinsip-prinsip dalam matematika itu terlihat konkrit. Namun demikian, pembelajaran tetap diarahkan kepada pencapaian kemampuan berpikir abstrak para peserta didik. Artinya, peserta didik juga perlu diajak untuk mengonstruksi atau membangun pengertian-pengertian. Tidak diinformasikan begitu saja. Singkatnya, pembelajaran matematika harus kontekstual dan konstruktif. Bukan tekstual dan informatif.
 
Pembelajaran matematika kontekstual berati menghadirkan konteks nyata yang berkaitan dengan atau yang menjadi latar belakang munculnya fakta-fakta, konsep-konsep, operasi-operasi, hubungan-hubungan, dan prinsip-prinsip matematik yang dipelajari. Adapun Konteks-konteks yang bisa dihadirkan adalah personal, sosial-budaya, dan sains. Konteks personal berfokus pada aktivitas seseorang dalam lingkungan terkecil, misalnya keluarga atau kelompok yang bersentuhan dengan kegiatan sehari-hari. Konteks sosial-budaya adalah masalah komunitas atau masalah dalam kehidupan di masyarakat, baik pada level lokal, nasional, maupun global. Adapun konteks sains berkaitan dengan aplikasi matematika di alam semesta dan isu serta topik yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
 
Pembelajaran matematika konstruktif berarti memberi ruang kepada peserta didik untuk mengonstruksi pemahaman matematika, melalui bantuan guru sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, dan juga moderator. Dalam pembelajaran matematika yang konstruktif, pengetahuan awal (pre-knowladge) yang dimiliki peserta didik, dikembangkan dan diarahkan menuju konsep matematika yang dipelajari. Oleh karena itu, apersepsi menjadi kegiatan penting sebelum pembelajaran matematika dengan pokok bahasan yang baru.
 
Pembelajaran matematika yang kontekstual dan konstruktif akan mendorong peserta didik untuk berpikir, bertanya, memecahkan masalah, dan mendiskusikan gagasan dan temuannya. Peran guru menjadi semakin penting, kehadiran peserta didik di dalam kelas juga menjadi semakin berarti. Mereka akan menjadi masyarakat pembelajar yang akan terus mengembangkan pengetahuannyua lebih lanjut.
 
Beberapa rekomendasi untuk pembelajaran literasi numerasi menggunakan matematika sebagai wahananya adalah sebagai berikut:
  1. Menggunakan strategi siswa aktif belajar;
  2. Menggunakan pendekatan kontekstual dan konstruktif (penemuan, pemecahan masalah, dan investigasi);
  3. Menggunakan metode tanya-jawab;
  4. Menggunakan teknik bertanya klasikal dan beranting;
  5. Menggunakan media atau alat peraga yang tepat untuk membantu peserta didik memahami konsep yang abstrak menjadi terlihat konkrit.

Berikut ini merupakan file-file presentasi materi Program Tindak Lanjut Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) Literasi Numerasi :

1 Pendahuluan Literasi Numerasi TIM



2 Pedoman Penilaian Bimtek Tindak Lanjut AKMI - Literasi Numerasi



3 Rekomendasi Model Pembelajaran untuk TIM



4 Literasi Numerasi - Analisis Materi dan Skenario Pembelajaran TK 1 - KP 1,2,3



5 Literasi Numerasi - Analisis Materi TK 2 - KP 3



6 Literasi Numerasi - Analisis Materi TK 3 - KP 1,2,3,4



7 Literasi Numerasi - Analisis Materi dan Skenario Pembelajaran TK 4 - KP 1,2,3



8 Literasi Numerasi - Analisis Materi dan Skenario Pembelajaran TK 5 - KP 1,2,3

BACA JUGA:

Post a Comment

أحدث أقدم